Beranda | Artikel
Begini Cara Menghadapi Istri yang Sedang Marah Syaikh Sulaiman ar-Ruhaili #NasehatUlama
Selasa, 11 Juli 2023

Imam Ibnul Jauzi —semoga Allah Merahmatinya— berkata,
“Saat Anda dapati teman Anda sudah marah
dan mulai berkata yang tidak pantas,
maka tidak seyogianya Anda menanggapi serius ucapannya
dan jangan menghukumnya karena hal itu.

Sebab, kondisinya seperti kondisi orang yang mabuk
yang tidak tahu apa yang dia ucapkan,
justru Anda harus bersabar dengan amarahnya tersebut, …”

Saudara-saudara, orang marah itu bahkan menyalahkan dirinya sendiri
karena marah, dia menuduh dirinya dengan apa yang tidak dia lakukan.
Sebagian orang, bagaimana jika sedang marah dengan istrinya?

Sang suami marah kepada istrinya, lalu istrinya berkata, “Ya! Aku begini begitu!”
Lalu suaminya menghukumnya karena ucapannya itu.
Sang suami berkata, “Kamu sendiri kan yang berkata waktu itu bahwa kamu begitu!”

Orang marah itu tidak menyadari apa yang dia ucapkan,
dan asal bicara saat marah.
Imam Ibnul Jauzi mengatakan, “Sebab, kondisinya seperti kondisi orang yang mabuk,
yang tidak tahu apa yang dia ucapkan,
justru Anda harus bersabar dengan amarahnya tersebut.

Tidak usah menanggapi amarahnya,
karena setan telah menguasainya,
dan emosinya telah meledak,
dan akalnya sudah tertutup.

Saat Anda terbawa perasaan menanggapinya,
atau membalas apa yang dia lakukan,
maka Anda seperti orang waras yang menanggapi orang gila,
atau seperti orang sadar yang memaki orang pingsan.

Jadi, Anda yang berdosa.”
Adapun dia tidak berdosa,
karena sudah seperti orang pingsan.
Beliau berkata, “Malah Anda harus melihatnya dengan kasih sayang
dan perlahan berusaha mengubah keadaan dirinya.

Ketahuilah bahwa jika dia sudah sadar,
dia akan menyesali apa yang terjadi
dan menyadari betapa utamanya kesabaran Anda.”

Orang yang sedang marah akan meminta apa yang tidak dia inginkan.
Istri ketika marah mungkin saja
mengatakan, “Ceraikan aku!
Kalau kamu lelaki, ceraikan aku!”

Jika suaminya sabar dan tenang serta tidak berbuat apa pun,
saat marahnya reda, istrinya akan berterima kasih kepadanya atas sikapnya itu.

Namun jika dia benar menceraikannya,
maka saat itu juga dia telah terceraikan.
Barulah saat dia menyadarinya,
dia mulai menangis,
berharap, dan mencari.

Itulah sebabnya beliau—semoga Allah Merahmatinya— mengatakan,
Ketahuilah bahwa jika dia sudah sadar,
dia akan menyesali apa yang terjadi
dan menyadari betapa utamanya kesabaran Anda.

Ketika Anda mendengar perkataan apa pun darinya,
maka pastikan jawaban Anda adalah perkataan yang baik,
karena itu sangat ampuh dalam menahan lisannya.”

Ini juga salah satu cara meredam amarah,
balas keburukan dengan kebaikan.
Ini akan membuatnya tenang.

Aku akhiri prinsip ini dengan sebuah perkataan indah
yang dikatakan oleh Ibnu Abdil Barr dari Umar bin Abdul Aziz.
Ibnu Abdil Barr berkata bahwa Umar bin Abdul Aziz mengatakan,

“Sifat yang paling Allah ʿAzza wa Jalla Cintai ada empat;
(1) Sifat moderat ketika benci—atau berkata: ketika cinta—
(2) sifat tenang ketika marah,
(3) sifat lembut kepada hamba-hamba Allah dalam setiap kondisi,
(4) dan sifat pemaaf ketika mampu (membalas).”

“Sifat moderat ketika benci, …”
artinya ketika seseorang merasa berang,
ucapannya jangan menzalimi,
perkataannya jangan dilebih-lebihkan,
dan omongannya tidak usah ditambah-tambahi,
atau juga (moderat) ketika cinta,

Jangan berlebihan dalam cinta dan kecondongannya.
Terkadang di menjanjikan hal-hal yang tidak bisa dia lakukan.
Sebagian lelaki, ketika masih di awal-awal masa pernikahan
karena cinta dia membebani diri dengan perkara di luar kemampuannya.

“Aku akan berbuat ini untukmu,
berbuat ini untukmu, dan berbuat ini untukmu.”
Dia menjanjikannya ini, ini, dan ini,
kemudian dilanggar, karena tidak mampu.
Jadi, moderat saat cinta itu terpuji.

Bahkan dalam pertemanan, sebagian orang
ketika akrab pertama kali dengan seseorang,
Anda lihat saat temannya pergi, “Makanlah sebentar di rumah,”
dia selalu keluar bersamanya,
dan terkadang mengatakan sesuatu yang tidak semestinya dia katakan kepadanya.
Moderat (bersikap pertengahan) saat mencintai atau membenci itu baik.

====

يَقُولُ الْإِمَامُ ابْنُ الْجَوْزِيِّ رَحِمَهُ اللهُ

مَتَى رَأَيْتَ صَاحِبَكَ قَدْ غَضِبَ

وَأَخَذَ يَتَكَلَّمُ بِمَا لَا يَصْلُحُ

فَلَا يَنْبَغِي أَنْ تَعْقِدَ عَلَى مَا يَقُولُهُ خُنْصُرًا

وَلَا أَنْ تُؤَاخِذَهُ بِهِ

فَإِنَّ حَالَهُ حَالُ السَّكْرَانِ

لَا يَدْرِي مَا يَقُولُ

بَلِ اصْبِرْ لِفَوْرَتِهِ

يَا إِخْوَانُ الْغَضْبَانُ حَتَّى يَتَّهِمَ بِنَفْسِهِ

مِنْ غَضَبِهِ يَرْمِي نَفْسَهُ بِمَا لَيْسَ فِيهِ

وَبَعْضُ النَّاسِ مَاذَا إِذَا تَغَاضَبَ مَعَ زَوْجَتِهِ؟

فَغَضِبَ عَلَيْهَا قَالَ… وَقَالَتْ لَهُ: نَعَمْ أَنَا كَذَا

آخَذَهَا بِهَذَا بِمَا قَالَتْ

وَقَالَ: أَنْتِ فِي الْيَوْمِ الْفُلَانِيِّ قُلْتِ كَذَا

الْغَضْبَانُ لَا يَدْرِي مَا يَقُولُ

وَيَتَجَارَى عِنْدَ الْغَضَبِ بِمَا لَا يَعْتَقِدُ

يَقُولُ فَإِنَّ حَالَهُ حَالُ السَّكْرَانِ

لَا يَدْرِي مَا يَقُولُ

بَلِ اصْبِرْ لِفَوْرَتِهِ

وَلَا تُعَوِّلْ عَلَيْهَا

فَإِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ غَلَبَهُ

وَالطَّبْعَ قَدْ هَاجَ

وَالْعَقْلَ قَدِ اسْتَتَرَ

وَمَتَى أَخَذْتَ فِي نَفْسِكَ عَلَيْهِ

أَوْ أَجَبْتَهُ بِمُقْتَضَى فِعْلِهِ

كُنْتَ كَعَاقِلٍ وَاجَهَ مَجْنُونًا

أَوْ كَمُفِيقٍ عَاتَبَ مُغْمَى عَلَيْهِ

فَالذَّنْبُ لَكَ

أَمَّا هُوَ مَا لَهُ ذَنْبٌ

هُوَ أَصْبَحَ مِثْلَ الْمُغْمَى عَلَيْهِ

قَالَ: بَلِ انْظُرْ بِعَيْنِ الرَّحْمَةِ

وَتَلَمَّحْ تَصرِيفَ الْقَدَرِ لَهُ

وَاعْلَمْ أَنَّهُ إِذَا انْتَبَهَ

نَدِمَ عَلَى مَا جَرَى

وَعَرَفَ لَكَ فَضْلَ الصَّبْرِ

إِنْسَانٌ وَهُوَ غَضْبَانُ يَطْلُبُ مَا لَا يُرِيدُ

الْمَرْأَةُ رُبَّمَا إِذَا غَضَبَتْ

قَالَتْ: طَلِّقْنِي

إِنْ كُنْتَ رَجُلًا طَلِّقْنِي

إِذَا الرَّجُلُ صَبَرَ وَاسْتَكَنَ

وَمَا فَعَلَ شَيْئًا

إِذَا ذَهَبَ الْغَضَبُ تَشْكُرُهُ عَلَى مَا فَعَلَ

أَمَّا إِذَا طَلَّقَهَا

وَكَانَ فِي حَالٍ يَقَعُ مِنْهَا الطَّلَاقُ

فَأَينَمَا أَنْ تُدْرِكَ

حَتَّى تَبْدَأَ تَبْكِي

وَتَتَرَجَّى وَتَبْحَثُ

لِذَلِكَ يَقُولُ رَحِمَهُ الله

وَاعْلَمْ أَنَّهُ إِذَا انْتَبَهَ

نَدِمَ عَلَى مَا جَرَى

وَعَرَفَ لَكَ فَضْلَ الصَّبْرِ

وَمَتَى سَمِعْتَ مِنْهُ كَلِمَةً

فَاجْعَلْ جَوَابَهَا كَلِمَةً جَمِيلَةً

فَهِيَ أَقْوَى فِي كَفِّ لِسَانِهِ

وَهَذَا أَيْضًا مِمَّا يُطْفَأُ بِهِ الْغَضَبُ

قَابِلِ الْقُبْحَ بِالْحُسْنِ

وَهَذَا يَجْعَلُهُ يَهْدَأُ

أَخْتِمُ هَذَا الْأَصْلَ بِكَلَامٍ جَمِيلٍ

ذَكَرَهُ ابْنُ عَبْدِ الْبَرِّ عَنْ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ

قَالَ ابْنُ عَبْدِ الْبَرِّ قَالَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ

أَحَبُّ الْأَشْيَاءِ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ أَرْبَعَةٌ

الْقَصْدُ عِنْدَ الْحِدَّةِ أَوْ قَالَ الْجِدَّةِ

وَالْحِلْمُ عِنْدَ الْغَضَبِ

وَالرِّفْقُ بِعِبَادِ اللهِ فِي كُلِّ حَالٍ

وَالْعَفْوُ عِنْدَ الْقُدْرَةِ

الْقَصْدُ عِنْدَ الْحِدَّةِ

يَعْنِي إِذَا احْتَدَّ الْإِنْسَانُ

لَا يَظْلِمُ فِي كَلَامِهِ

وَلَا يَغْلُو فِي كَلَامِهِ

وَلَا يَزِيدُ فِي كَلَامِهِ

أَوْ عِنْدَ الْجِدَّةِ

لَا يَغْلُو فِي حُبِّهِ وَمَيْلِهِ

وَقَدْ يَعِدُ بِأَشْيَاءَ مَا يَسْتَطِيعُهَا

بَعْضُ الشَّبَابِ إِذَا تَزَوَّجَ أَوَّلَ مَا يَتَزَوَّجُ

مَعَ الْجِدَّةِ يُحَمِّلُ نَفْسَهُ مَا لَا يُطِيقُ

أَنَا سَأَفْعَلُ لَكِ

سَأَفْعَلُ لَكِ سَأَفْعَلُ لَكِ

وَيَعُدُهَا وَيَعُدُهَا وَيَعُدُهَا

ثُمَّ هُوَ يَتَوَرَّطُ مَا يَسْتَطِيعُ

فَالْقَصْدُ عِنْدَ الْجِدَّةِ مَحْمُودٌ

حَتَّى بَعْضِ النَّاسِ حَتَّى فِي صُحْبَةٍ

إِذَا صَاحَبَ الْإِنْسَانُ أَوَّلَ مَرَّةٍ

تَجِدُهُ يَذْهَبُ لَوْ كُلْ شُوِيَّ عِنْدَ الْبَيْتِ

وَيَخْرُجُ مَعَهُ دَائِمًا

وَرُبَّمَا قَالَ لَهُ كَلَامًا لَا يَنْبَغِي أَنْ يَقُولَهُ لَهُ

فَالْقَصْدُ عِنْدَ الْجِدَّةِ أَوْ عِنْدَ الْحِدَّةِ مَحْمُودٌ


Artikel asli: https://nasehat.net/begini-cara-menghadapi-istri-yang-sedang-marah-syaikh-sulaiman-ar-ruhaili-nasehatulama/